Paradoks Stock Dale

  • 0
Seminggu terakhir habis banyak diatas kasur goleran. Sembari disela-sela baca apa yang bisa dibaca, mencerna apa yang bisa di cerna.

Jim Collins dengan Good to Greatnya adalah satu bacaan yang ikut ngehabisin pagi malam uwek. Khas penulis non-fiksi lain, narasinya dipenuhi cerita empiris soal apa yang dia anggap sebagai fakta. Tapi jauh dari data statistiknya, uwek lebih terkesima soal konsep PARADOKS STOCKDALEnya. Tentang kenyataan bahwa kaum optimis adalah orang-orang yang akan pertama tumbang dalam marathon untuk konteks apapun. Idup sering menghantam kita begitu kerasnya, dan optimisme selalu menyalakan lilin untuk kita bisa terus berharap akan 1 meter jalan di depan yang bisa kita lalui. Tapi ternyata, energi kita kadang tidak pernah cukup untuk menghadapi fakta brutal bahwa idup ternyata tidak semudah analogi soal lilin. Terkadang tangan kita tak kuat nahan lelehan lilin, atau tak sengaja lilin tersebut padam, atau bahkan terjatuh. Idup memang tara pernah mudah untuk siapapun. Dan sekali lagi. Optimisme menghancurkan empunya.

Ada hal lebih besar dari soal tetek bengek optimisme. Menahan kuatnya nafas. Seperti halnya dalam cerita Stockdale. Memegang keyakinan soal kita akan survive pada akhirnya, harus dengan underline bahwa, realitas saat ini kudu kita adepin dengan baik dan menperpanjang nafas adalah jalan terbaik untuk menjaga asa.
Uwek menutup chapter tersebut sembari teringat soal beberapa kawan yang saat ini masih berpanjang nafas, sedang yang lain bahkan lupa dia bernafas untuk asa yang mana. Pun tersebut berlaku untuk diri uwek. Sekarang, bagaimana dengan klean?

Tidak ada komentar:

AddThis Smart Layers

Back to Top