Orang-Orang Melayu Pertama: Perjalanan Seminggu di Pulau Bakung, Kepulauan Riau (Part-1)

  • 0
Rute penerbangan dari Yogyakarta menuju Batam secara langsung hanya dilayani satu maskapai yaitu Lion Air. Selebihnya memaksa kita untuk mengambil rute transit. Siang itu, selang dua hari setelah telpon masuk dari Ibu Nafi'atul Umami, saya benar-benar berangkat menuju Batam. Batam bukanlah tujuan utama dalam perjalanan kali ini. Saya masih harus menempuh perjalanan laut menggunakan Kapal Feri menuju Kabupaten Lingga. Hanya itu yang ada dalam framing berfikir saya sampai kemudian saya menyadari perjalanan saya tak sesederhana yang saya bayangkan.

Sesaat setelah pesawat saya landing di bandara Hang Nadim Batam, saya belum merasakan atmosfer yang berbeda dan cukup menganggumkan. Tempat kedatangan Hang Nadim tak ubahnya seperti Adi Sucipto yang ketika kita masuk akan merasakan penat dan sesak dengan keterbatasan jarak pandang akibat penuhnya ruangan yang tidak mampu dengan nyaman menampung kapasitas orang.

Koper dan semua perlengkapan tim sudah lengkap di tangan kami. Selanjutnya, setelah keluar, saya mendapati bahwa ini bukan lingkungan yang biasa saya kenal. Logat melayu sangat kental terdengar dari orang-orang yang menunggu rekannya di pintu keluar. Kedua. Hang Nadim ternyata tidak sesederhana bayangan saya. Dan detik-detik setelahnya saya sudah dapati diri saya mencoba dengan keras menutupi efek dari terpacu derasnya serotonin, endorfin, dopamin, dan oksitosin dalam diri saya.

Bandara Internasional Hang Nadim Batam














*****
Perjalanan ini saya lakukan bersama dua rekan senior saya di Kampus. Slamet Widodo dan Alek Ibrahim. Tugas kami sederhana. Ambil sampel air, tanah, dan vegetasi hijauan di Pulau Bakung, Kabupaten Lingga.

Saya kurang begitu paham bagaimana awalnya, yang jelas proses pengambilan sampel tersebut kedepan akan digunakan sebagai data penunjang untuk Kabupaten Lingga mengajukan Pulau Bakung sebagai Pulau Karantina Sapi impor dari India.

Terlepas polemik yang muncul setelahnya. Keluarnya UU No. 14 Tahun 2014 tentang Peternakan dan Kesehatan Hewan menimbulkan implikasi pembukaan impor ternak dan produk ternak dari India. Pulau karantina kemudian menjadi salah satu prasyarat prosedur yang harus ada sebelum sapi-sapi tersebut masuk ke Indonesia. Hal ini mengingat untuk beberapa zona tertentu India masih belum dinyatakan bebas akan Penyakit Mulut Kuku (PMK).

Setelah Pulau Naduk dipastikan batal untuk dijadikan pulau karantina, Pemerintah Kabupaten Lingga melihat peluang ini dan mengambil langkah strategis untuk coba mengusulkan Pulau Bakung sebagai lokasi pulau karantina sapi.

Dan salah satu institusi yang diminta oleh Pemerintah Kabupaten Lingga untuk ikut tergabung dalam tim ahli penyusunan rencana pengajuan adalah Universitas Gadjah Mada yang dalam hal ini berkomposisikan satu guru besar dan dua doktor. Dan mandat atas tugas keberangkatan saya dan dua rekan lainnya adalah berasal dari beliau bertiga.








Tidak ada komentar:

AddThis Smart Layers

Back to Top