Program Swasembada Daging Sapi Tahun
2014 (PSDS-2014) merupakan kali ketiga pencanangan program mengenai Swasembada
daging oleh pemerintah yang sebelumnya telah dicanangkan pula di tahun 2005 dan
2009. Sudah sekian banyak topik diskusi yang dibawa ke meja-meja seminar,
workhsop, lokakarya, dan sebagainya guna membahas rencana-rencana strategis
pencapaian program ini. Bahkan pada akhir tahun 2011 sempat dirilis buku
Rencana Strategis dari Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian
Pertanian dan cetak biru Naskah kebijakan percepatan program guna memberikan
arah dan petunjuk yang jelas untuk ketercapainya program Swasembada ini.
Sudah banyak aspek dan ruang lingkup
masalah yang dibahas satu demi satu untuk menemukan titik lemah program yang
dalam implementasinya selama lebih dari 8 tahun ini kurang menuai hasil yang
signifikan. Bahkan tak sedikit dari aspek-aspek yang dibahas tersebut berujung
pada justifikasi-justifikasi pada salah satu aspek, bahasanya adalah mencari
kambing hitam. Sebut saja masalah koordinasi antar kementerian terkait, menjadi
bahasan paling menarik penyebab program ini kurang berjalan maksimal. Ujungnya
adalah muncul gagasan/wacana mengenai Kementerian Peternakan sedang ramai
diangkat ke permukaan.
Terlepas dari hal itu semua, ada hal
yang perlu dan sebaiknya perlu dikaji untuk dibawa ke forum-forum diskusi
kembali yaitu mengenai objek dari program itu sendiri. Mengapa saya katakan objek?
Hal ini pernah suatu ketika saat di Bengkulu saya tanyakan kepada Bapak Ir.
Fauzi Luthan selaku Direktur Budidaya Ternak Dirjen Peternakan dan Kesehatan
Hewan Kementerian Pertanian. Seperti ini kurang lebih gambarannya:
“Topik bahasan mengenai Swasembada
Daging sudah berkali-kali dibahas, baik untuk mencari solusi atau sekadar
menjadi bahasan diskusi pasar. Namun, hal yang menjadi janggal disini adalah
siapa sebenarnya objek dari program ini sendiri. Jika kita mendeklarasikan
dengan tegas objek dari Program Swasembada ini adalah peternak (sebut saja
untuk kesejahteraan mereka) saya rasa hal itu bagi saya terlalu bias!. Berdasarkan
relase BPS September 2013 kemaren, Kondisi peternak kita dilapangan hanya
memiliki sapi dengan rata-rata 2 sampai 3 ekor. Dengan kepemilikan 2 sampai 3
ekor ini mereka hanya cenderung memiliki ketertarikan terhadap fluktusai harga
jual sapi mereka dipasaran dibanding dengan sekadar untuk memenuhi target populasi
(Swsembada) ternak secara nasional. Jadi ketika harga daging dipasaran naik
tingkat keinginan mereka untuk menjual akan naik pula, sesuai pola pikir yang berkembang
dimasyarakat bahwa ternak adalah rojo koyo atau bahasa paling mudah
adalah mereka hanya gunakan ternak mereka sebagai tabungan saja. Bahkan hal
yang paling radikal adalah mereka tidak pernah tahu mengenai adanya program swasembada
itu sendiri, monggo jikalau ada kesempatan mari kita survei mengenai hal yang
satu ini. Oleh karena itu kembali lagi yang ingin saya tanyakan dan tekankan
disini adalah apakah program ini hanyalah program utopis dari segelintir orang
di kementerian yang terlalu dipaksakan untuk dijalankan ke masyarakat? Atau
bahkan program ini hanyalah sebagai bentuk politik anggaran dengan dalih
mengenai kedaulatan pangan? Toh jika kita berbicara kedaulatan pangan bukankah
kita sebaiknya lebih fokus kepada masalah
kesejahteraan rakyat yang utamanya disini adalah peternak dari pada
hanya jargon utopis mengenai kedaulatan pangan? Jadi sekali lagi mari kita kaji
bersama kembali mengenai objek dari program Swasembada ini? Toh percuma program
ini kita jalankan untuk tahun ini atau berapa tahun kedepan lagi namun untuk
hal yang paling mendasar mengenai sasaran dari program ini sendiri kita masih sama-sama
bias. Terima kasih bapak, saya hanya butuh pencerdasan mengenai hal ini”
Respon tetaplah respon, bagaimanapun
dan seperti apapun itu. Apakah memberi pemahaman kepada penanya atau hanya
sekadar menggugurkan kewajiban.
Mungkin poin kedualah yang saya dapati disana, Bapak Fauzi Luthan sama sekali tidak memberikan jawaban terkait pertanyaan saya. Ketika di akhir forum saya temui beliau dibelakang dan saya tanya kembali mengenai objek dari program ini. Beliau menjawab peternak, ketika saya lanjutkan mengenai alasannya, hanya jawaban retorik yang saya dapatkan.
Mungkin poin kedualah yang saya dapati disana, Bapak Fauzi Luthan sama sekali tidak memberikan jawaban terkait pertanyaan saya. Ketika di akhir forum saya temui beliau dibelakang dan saya tanya kembali mengenai objek dari program ini. Beliau menjawab peternak, ketika saya lanjutkan mengenai alasannya, hanya jawaban retorik yang saya dapatkan.
Sekarang sudah memasuki bulan
Desember, ini artinya tinggal menunggu beberapa hari lagi untuk masuk ke tahun
2014. Result dari PSDS-2014 akan kita bisa cermati bersama setelah selama
beberapa tahun telah kita simak bersama perjalanannya.
Bagi saya ini bukan mengenai apakah
di tahun 2014 Republik ini akan dicanangkan sebagai Negara dengan predikat
mampu Swasembada Daging atau tidak. Swasembada berarti kondisii Negara yang
mampu memenuhi 90% kebutuhan daging nasional. Namun, pada dasarnya angka
presentase 90% ini yang menjadi tolak ukur keberhasilan program ini tidak
pernah jelas spesifikasi mana sapi yang siap potong atau hanya berada di
peternak rakyat yang hanya akan dijual ketika harga dipasaran tinggi dan
mungkin hanya sekadar berpindah tangan.
Oleh karena itu ijinkan saya untuk
menutup tulisan ini dengan mengutip kembali apa yang sempat saya tanyakan
kemaren bahwa apakah program ini hanyalah program utopis dari segelintir orang
di kementerian yang terlalu dipaksakan untuk dijalankan ke masyarakat? Atau
bahkan program ini hanyalah sebagai bentuk politik anggaran dengan dalih
mengenai kedaulatan pangan? Toh jika kita berbicara kedaulatan pangan bukankah
kita sebaiknya lebih fokus kepada masalah
kesejahteraan rakyat yang utamanya disini adalah peternak dari pada
hanya jargon utopis mengenai kedaulatan pangan? Jadi sekali lagi mari kita kaji
bersama kembali mengenai objek dari program Swasembada ini? Toh percuma program
ini kita jalankan untuk tahun ini atau berapa tahun kedepan lago namun untuk
hal yang paling mendasar mengenai sasaran dari program ini sendiri kita masih sama-sama
bias. Mari kita kaji dan bahas bersama.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar